Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Suara Yang Memecahkan Keheningan Perpustakaan

Suara Yang Memecahkan Keheningan Perpustakaan




Hari ini, tanggal 26 Agustus 2019. Seperti bisa saya sedang mejalankan kegiatan sehari-hari saya seperti biasanya. Dimulai dengan Bangun tidur, melek, dan alhamdullilah masih bernafas, bangun dari tidur mata saya langsung tertuju pada jam dinding yang tergantung diam di dinding rumah saya, waktu masih menunjuk kan pukul 06.30 pagi, mata saya masih melek dengan sayu-sayu melihat jam tersebut, diri pun masih dalam keadan setengah tidur dan setengah bangun, melihat waktu yang menurut saya masih cukup untuk mamanjakan mata sejenak untuk tidur, saya pun melanjutkan tidur saya, tak lama kemudian saya terbangun dan mendapati, waktu telah menunjuk pukul 06.50.

Baca Juga :
Saya bergegas bagun dan menuju kamar mandi sebagai langkah awal untuk menjalani hari ini, mengingat saya juga harus mengantar adik saya yang bukan laki (perempuan) ke sekolahnya, yang mana sekolahnya juga merupakan tempat saya bekerja sebagai seorang petugas perpustakaan.

Seperti biasa, setiap senin di sekolah tempat saya bekerja selalu melaksanakan apel bendera pagi, seperti apel bendera pada umumnya, murid-murid berbaris dengan rapi dan guru-guru pun tidak luput untuk mengikuti apel tersebut.

Setelah apel bendera selasai, semua pun kembali ke aktifitasnya masing-masing sesuai profesinya masing-masing. Para murid kembali masuk ke dalam kelas untuk memulai proses belajar, yang sudah menjadi kewajiban mereka untuk menuntut ilmu, para Guru kembali ke kantor untuk mempersiapkan diri mendidik para murid yang akan menjadi masa depan bangsa ini kelak, dan tak luput saya pun kembali ke pos saya yang tidak lain dan tidak bukan perpustakaan di sekolah tersebut.

Tidak jauh berbeda dari hari-hari biasanya sebelum saya membuka perpustakaan saya selalu menyempatkan diri untuk mengecek dan merapikan beberpa buku yang menurut saya sedikit kurang rapi, mempersiapkan buku peminjaman, dan buku kunjungan, dan sebuah komputer untuk membantu saya bekerja.

Setalah semua saya rasa siap, tidak pernah terlupakan untuk membuka pintu ruang jendela dunia tersebut (perpustakaan), kegiatan perpustakaan pun di mulai, para sisiwa berbondong-bondong melakukan transaksi peminjaman kelas sebagai bahan penunjang pembelajaran.

Hingga saat saya ingin mulai menyapu lantai tempat kerja saya yang saya rasa sudah layak untuk di bersihkan, namun ketika saya akan menyapu, segerombolan murid yang tidak lain dan tidak bukan merupakan murid kelas VII datang, dan membawa pesan bahwa mereka ingin mencari sumber ajaran untuk mata pelajaran tertentu. Saya pun mempersilahkan mereka masuk kedalam ruang jendela dunia tersebut.

Ya seperti halnya aturan di perpustakaan pada umumnya, dimana kita di wajibkan menjaga ketenangan di dalamnya, saya pun menghimbau mereka agar tetap tenang dan tidak rusuh dalam diskusi mereka, namanya juga siswa pasti ada satu atau dua yang sedikit agak susah di atur, sempat beberapa kali saya menegur mereka, hingga suasana dapat terkendali.

Namun tidak lama setelah suasana di dalam ruang perpustakaan tersebut sudah kondusif, dengan tidak disangka-sangka, terdengar dari meja bagian tengah suara yang dapat memecahkan suasana nan tenang tersebut, “Tuuuuuuuuuuuuttttt”, begitulah kira-kira gambaran suaranya, yang tidak lain dan tidak bukan merupakan suara kentut yang berasal dari salah seorang siswa tersebut, sontak suasana berubah menjadi riuk pikuk, semua tertawa mendengarnya saya pun ikut tersenyum sambil menahan tawa. Dan dalam rasa penasaran saya bertanya-tanya dalam hati ini siapakah yang berkentut itu, namun saya tahan rasa ingin tahu saya dan tidak menayakan hal tersebut. Karena saya tau pasti siswa tersebut malu untuk mengakuinya, saya pun memahaminya. Entah apakah dia sudah tidak dapat menahan rasa itu sehingga dia harus rela melepaskannya dalam kesunyian itu.